Menanti Kopi Mamasa

Menanti Kopi Mamasa

Di lereng hijau Mamasa yang megah,
Aromanya melayang, memecah lelah.
Kopi tumbuh di tanah yang ramah,
Menjanjikan rasa dalam secangkir indah.

Aku menanti dengan sabar dan rindu,
Aroma bumi, menyapa kalbu.
Pahit dan manis berpadu sempurna,
Kopi Mamasa, warisan yang bermakna.

Di tangan petani, biji-biji dirawat,
Dengan cinta, alam mereka hormati.
Setiap teguknya, sejarah tersurat,
Tentang tanah yang kaya, penuh harmoni.

Saat cangkir itu akhirnya tiba,
Hangatnya menyentuh jiwa yang hampa.
Rasa khas, pekat, membalut cerita,
Mamasa hadir, seakan di depan mata.

Kopi ini bukan hanya minuman,
Ia adalah napas dari peradaban.
Menanti Kopi Mamasa, aku belajar,
Bahwa setiap rasa lahir dari kesabaran.