Makna Kembali Ke Fitrah
Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang dinanti oleh seluruh umat Islam setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tetapi juga simbol kemenangan bagi mereka yang berhasil melewati ujian ketakwaan. Salah satu makna terdalam dari Idul Fitri adalah kembali kepada fitrah, yaitu keadaan suci sebagaimana manusia diciptakan oleh Allah SWT. Fitrah ini mencerminkan kesucian hati, kebersihan jiwa, dan kepatuhan penuh kepada perintah Allah.
Dalam Islam, fitrah memiliki makna bawaan yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia sejak lahir. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW:
“كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ”
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk bertauhid dan beriman kepada Allah. Namun, lingkungan dan pengalaman hidup sering kali mempengaruhi seseorang untuk menyimpang dari fitrahnya. Oleh karena itu, Idul Fitri menjadi momentum untuk kembali kepada nilai-nilai Islam yang murni dan lurus.
Kembali ke fitrah bukan hanya berarti kembali kepada kesucian setelah diampuni dosa-dosa selama Ramadhan, tetapi juga mengembalikan manusia kepada pola hidup yang sesuai dengan ajaran Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ”
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), sesuai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Ar-Rum: 30)
Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah jalan hidup yang sesuai dengan fitrah manusia. Ketika seseorang menjauh dari ajaran Islam, sesungguhnya ia sedang menjauh dari fitrah aslinya. Oleh karena itu, Idul Fitri menjadi saat yang tepat untuk memperbaharui komitmen dalam menjalani hidup sesuai dengan ketentuan Allah.
Puasa Ramadhan mengajarkan manusia untuk mengendalikan hawa nafsu dan membersihkan diri dari segala bentuk dosa. Setelah sebulan berlatih, Idul Fitri menjadi tanda bahwa seseorang telah kembali kepada keadaan yang lebih baik, lebih bersih, dan lebih dekat kepada Allah. Oleh sebab itu, Idul Fitri juga disebut sebagai hari kemenangan, bukan hanya karena berhasil menahan lapar dan haus, tetapi juga karena berhasil mengalahkan nafsu dan dosa.
Kembali ke fitrah juga berarti memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Islam mengajarkan bahwa kesempurnaan ibadah tidak hanya terletak pada hubungan dengan Allah (hablum minallah), tetapi juga pada hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Oleh sebab itu, Idul Fitri menjadi momen penting untuk saling memaafkan, menjalin kembali silaturahmi yang sempat renggang, dan menghilangkan segala bentuk kebencian serta permusuhan.
Selain itu, makna kembali ke fitrah juga mencakup kepedulian terhadap sesama, yang diwujudkan dalam bentuk zakat fitrah. Zakat fitrah diwajibkan bagi setiap Muslim agar mereka dapat mensucikan diri sekaligus membantu kaum yang kurang mampu. Dengan membayar zakat fitrah, seorang Muslim menunjukkan kesadarannya bahwa kebersihan hati tidak hanya dicapai melalui ibadah pribadi, tetapi juga dengan berbagi kepada orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kembali ke fitrah berarti menjalani hidup dengan nilai-nilai kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, dan kasih sayang. Seorang Muslim yang telah melalui Ramadhan dengan baik diharapkan dapat mempertahankan akhlak mulia ini dalam kehidupan setelahnya. Jangan sampai seseorang kembali kepada kebiasaan buruk setelah Ramadhan berlalu, karena itu berarti ia gagal memahami makna sejati dari kembali ke fitrah.
Idul Fitri bukanlah akhir dari perjalanan spiritual seorang Muslim, tetapi awal dari kehidupan yang lebih baik. Setelah kembali ke fitrah, tugas berikutnya adalah menjaga kesucian hati dan meningkatkan ketakwaan sepanjang tahun. Oleh karena itu, istiqamah dalam kebaikan menjadi kunci utama agar hasil dari Ramadhan tidak sia-sia.
Pada akhirnya, makna kembali ke fitrah adalah kembali kepada Allah dengan hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan komitmen yang kuat untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Dengan demikian, Idul Fitri bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga kesempatan untuk memperbaiki diri, memperkuat hubungan dengan sesama, dan mempertegas ketundukan kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam Bissawab