Generasi Z : Relasi Sosial dan Teknologi
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara orang dengan orang lain, atau antara kelompok dengan kelompok lain. Menurut Gillin, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu lain atau bahkan satu kelompok dengan kelompok lain. Hubungan ini terbentuk sebagai dasar bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dipertegas oleh Gillin bahwa interaksi sosial dalam hal ini seperti menegur, berjabat tangan, saling berbicara, hingga pertikaian antar manusia juga termasuk di dalamnya. Maka dari itu, interaksi sosial terjadi karena adanya hubungan individu yang ditandai dengan kontak sosial dan komunikasi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bonner bahwa interaksi sosial sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang di dalamnya terdapat aksi mempengaruhi atau mengubah kehidupan orang lain. Tidak sekadar mempengaruhi atau mengubah, aksi memperbaiki kelakuan individu lain juga masuk ke dalam interaksi sosial. Jadi, interaksi sosial adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam suatu ruang yang ditandai dengan kontak sosial dan komunikasi yang baik.
Berdasarkan paparan interaksi sosial di atas, interaksi sosial dominan terjadi pada kalangan generasi Z saat ini. Oleh karena itu, sangat penting mengetahui ciri-ciri generasi Z. Dihimpun dari berbagai sumber, ciri-ciri generasi Z paling yang sering ditemui saat ini, yaitu: (a) Tidak bisa terlepas dari ponsel pintar dan internet; (b) Umumnya memiliki orang tua dari generasi X; dan (c) Memiliki pengetahuan finansial yang baik. Ketiga ciri ini memiliki konsekwensi terhadap banyak hal dalam kehidupan generasi Z. Salah satu ciri generasi ini yang menjadi pekerjaan rumah dari sebagian besar keluarga, yaitu generasi Z tidak bisa melepaskan diri dari ponsel dan dunia internet. Akan tetapi, ketiga ciri generasi Z tersebut, sesungguhnya berdampak pula kepada pada pola interaksi generasi itu.
Perlu diketahui bahwa generari Z telah tumbuh dalam era yang menekankan keberagaman dan inklusivitas. Terbukti, Generasi Z telah mempengaruhi dan mempercepat perubahan sosial dan budaya dalam banyak aspek kehidupan, khususnya terkait isu keberagaman. Media sosial telah mengubah cara Generasi Z menjalin pola hubungan interaksi sosial. Mereka dapat dengan mudah terhubung dengan teman-teman dari seluruh dunia, serta menjalin hubungan baru dengan orang-orang yang memiliki minat dan hobi serupa. Namun, di sisi lain dari poin ini adalah hubungan dalam kehidupan nyata sering kali terabaikan atau bahkan tergantikan oleh interaksi online. Mereka melupakan hubungan dalam dunia nyata sebagai refleksi interaksi sosial yang sebenarnya. Pada gilirannya, hal ini dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan interpersonal dan kemampuan untuk membangun hubungan yang mendalam dan bermakna di kehidupan nyata. Kenyataan tersebut sangat disayangkan karena generasi Z juga adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi langsung untuk menjaga kemampuan dan kepekaan sosial.
Dalam era teknologi dan media sosial yang sangat mendominasi kehidupan umat manusia di muka bumi. Generasi Z juga dinilai telah menyumbang pengaruh besar terhadap jalannya berbagai perspektif kehidupan akibat dampak teknologi digital. Oleh karena itu, generasi ini juga dikenal sebagai “digital native” karena tumbuh di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital. Gejala yang terjadi generasi Z berhasil menggabungkan interaksi fisik dengan kehadiran di dunia digital dalam kehidupan manusia. Hal ini terlihat dalam sifat inovatif dan keterampilan mereka beradaptasi dengan cepat serta relevan dalam dunia yang terus berubah dalam setiap detiknya. Apa yang terjadi di belahan dunia lain dengan mudah mereka ketahui hanya dengan sentuhan jemari mereka. Dengan pengaruh yang dimiliki Generasi Z, diharapkan ada lebih banyak perubahan dalam cara individu bersosialisasi dan berinteraksi di masa mendatang. Modal ini harus menjadi ekses postif yang tidak boleh dipandang sebelah mata.
Oleh karena itu, media sosial memungkinkan Generasi Z untuk berinteraksi dengan orang dari seluruh dunia. Ini telah membuka pintu untuk pertukaran budaya dan pandangan yang lebih luas. Selanjutnya, media sosial memungkinkan mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan di luar negara mereka sendiri. Fakta ini seharusnya dapat menjadikan generasi Z lebih memiliki wawasan yang luas tentang dunia ini. Pada akhirnya, generasi Z lebih mumpuni untuk menerima segalam macam perbedaan yang ditimbulkan oleh keberagaman suku-ras-etnis-bangsa yang ada di muka bumi. Dengan demikian, generasi Z dengan keistimewaan hidup dalam teknologi yang maju, seharusnya lebih memiliki kekuatan mental yang lebih superior terhadap segala macam perubahan tantangan kehidupan. Ini diakibatkan karena mereka mudah untuk mengakses semua informasi. Media sosial memungkinkan pula generasi Z untuk berinteraksi dengan orang lain dari segala kalangan, profesi, kedudukan, dan lain-lain. Demikian halnya dengan kemudahan lain, misalnya belajar, bekerja, atau berbelanja di mana pun dan kapan pun tanpa harus repot-repot keluar rumah.
Akan tetapi, generasi Z juga memliki banyak kekurangan yang muncul dalam berbagai keistimewaan mereka. Dirangkum dari berbagai pendapat, kekurangan generasi Z, yaitu: (a) Ketergantungan kepada teknologi; (b) Keterbatasan keterampilan sosial; (c) Kurangnya ketahanan mental; (d) Pengeluaran yang tidak terkendali; (e) Ketidakstabilan pekerjaan; dan (f) Tantangan dalam membangun hubungan yang bermakna. Generasi Z memang tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Pola berpikir mereka sudah dipengaruhi oleh sistem digital yang serba instan. Hal ini berdampak kepada kemampuan untuk melahirkan gagasan-ide-pokok pikiran yang baru sulit mereka lakukan. Mereka menyerahkan hidupnya kepada informasi dari dunia maya. Hal ini berakibat kepada kurangnya kemampuan bernalar dan bersosialisasi dengan sesama manusia dalam kehidupan nyata. Anehnya, generasi Z tidak memiliki ketahanan mental yang kuat, mudah baper, mager, frustrasi, dan lain-lain.
Sesungguhnya, kekurangan generasi Z dapat diminimalisir dengan berbagai macam rancangan yang dibuat secara sistematis untuk mengatasi hal itu. Misalnya, dalam dunia pendidikan harus mulai memikirkan model kurikulum yang dapat mengantisipasi berbagai potensi kekurangan generasi Z yang sangat kompleks. Bukan malah sebaliknya, melarutkan peserta didik dalam lingkungan arus teknologi dan informasi yang tidak dapat menguatkan mereka. Menurut penelitian yang dilakukan tim dari University of Southern California Marshall School of Business di Los Angeles, menunjukkan bahwa “curhat” bisa mengurangi stres generasi Z. Artinya, pola komunikasi dan interaksi antarsesama dalam dunia nyata harus ditingkatkan untuk mengurangi dampak stress dalam diri manusia. Namun, curhat tersebut harus dilakukan kepada orang dengan perasaan serupa dalam menghadapi situasi yang sama. Dengan demikian, menjaga pola interaksi sesama generasi Z dalam dunia realitas perlu ditingkatkan dalam pergaulan sehari-hari. Mereka seharusnya tidak hanya melakukan komunikasi melalui internet saja. Akan tetapi, pergaulan itu harus mereka lakukan juga dalam lingkungan nyata.
Selain itu, Edukasi tentang kesehatan mental sangat diperlukan kepada generasi Z. Dalam jurnal “Mental Health Stigma: Society, Individuals, and the Profession” yang ditulis oleh Ahmedani (2011), disebutkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya kesehatan mental masih sangat rendah. Gangguan mental sering dianggap sebagai hal yang memalukan atau tabu dalam keluarga, menyebabkan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) atau stress sering mengalami stigma, seperti pelabelan, stereotip, pengucilan, dan diskriminasi. Padahal stress dapat menimpa kepada semua orang, termasuk generasi Z yang rentan terkena dampak negatif dunia digital. Oleh karena itu, edukasi terhadap generasi Z tentang kesehatan mental sangat perlu dilakukan agar kerapuhan generasi ini dapat terhindarkan.
Harapan kita bersama, generasi Z dapat menjadi SDM yang unggul serta berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, kita harus memastikan anak-anak tersebut dipenuhi haknya dan dilindungi dalam kehidupannya agar dapat berkembang secara optimal. Generasi Z adalah kelompok yang menggemari teknologi dan memiliki ambisi dalam pendidikan karier. Meskipun dianggap sebagai generasi yang terampil dalam teknologi, tetapi mereka juga menghadapi tantangan serius, misalnya kesehatan mental seperti yang diuraikan sebelumnya, isu lingkungan sosial, dan ketidaksetaraan dalam hidup. Namun, generasi Z harus didorong menjadi motor penggerak gerakan sosial, ekonomi, budaya, dan politik bangsa. Pada akhirnya, mereka memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan dalam dunia yang lebih baik. (Karya ini Hasil Pembimbingan KIAR Kelas XII MA Al-Junaidiyah Biru).