Aku Bukan Ustadz
Aku bukan ustadz. Aku bukan orang yang ahli dalam ilmu agama, bukan pula seseorang yang pantas berbicara banyak soal hukum-hukum Islam. Aku hanya seorang Muslim biasa yang ingin menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya. Dalam meniti jalan Islam, aku memilih untuk mengikuti ulama-ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Bukan karena fanatik atau ikut-ikutan, tetapi karena aku yakin mereka adalah pewaris ilmu para ulama sebelumnya, dan keilmuan mereka bersambung sanadnya hingga Rasulullah saw.
Aku sadar, di luar sana ada banyak pendapat, banyak cara dalam menjalankan agama, dan banyak orang yang merasa paling benar. Tapi aku bukan orang yang suka berdebat soal agama. Aku lebih nyaman menjalankan Islam sebagaimana yang diajarkan oleh ulama yang ilmunya sudah teruji. Jika mereka mengatakan bahwa membaca doa qunut dalam shalat Subuh itu baik, maka aku mengikutinya. Jika mereka terbiasa membaca Barzanji dan Maulid sebagai ungkapan cinta kepada Nabi, aku pun ikut melantunkannya.
Bagi sebagian orang, mungkin ada yang menganggap amalan-amalan seperti ini tidak perlu atau bahkan dianggap bid’ah. Tapi aku tidak ingin terjebak dalam perdebatan itu. Bagiku, mengikuti ulama yang sanad keilmuannya jelas adalah jalan yang paling aman. Jika mereka berzikir bersama setelah shalat, aku pun berzikir. Jika mereka mengajarkan untuk mengangkat tangan ketika berdoa, aku pun melakukannya. Sebab, aku yakin mereka lebih tahu dalil dan hujahnya dibanding aku yang awam.
Aku bukan orang yang punya kapasitas untuk meneliti sendiri setiap hadits, menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, atau menimbang mana yang lebih kuat antara pendapat satu dengan yang lainnya. Ilmu agama itu luas, butuh kedalaman pemahaman, dan bukan sekadar membaca terjemahan atau mencari referensi sendiri di internet. Karena itu, aku memilih untuk menyerahkan urusan ini kepada ulama-ulama Ahlussunnah wal Jamaah yang lebih memahami agama.
Saat orang-orang mempertanyakan kenapa aku berziarah ke makam para wali atau ulama, aku tidak merasa perlu membela diri panjang lebar. Aku tahu, banyak ulama besar yang juga melakukan hal yang sama. Mereka tidak sekadar datang untuk berdoa kepada Allah, tetapi juga mengambil ibrah dan keberkahan dari tempat yang di dalamnya bersemayam orang-orang shalih. Aku meyakini bahwa selama niatnya benar dan caranya sesuai dengan tuntunan, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Aku juga tidak mempermasalahkan ketika ada orang yang tidak melakukan amalan-amalan seperti qunut, tahlilan, atau zikir berjamaah. Setiap orang punya pegangan masing-masing dalam beribadah. Yang aku jalankan adalah berdasarkan keyakinan bahwa para ulama yang aku ikuti tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang menyimpang dari ajaran Islam. Jika pun ada perbedaan, aku lebih memilih untuk menghormatinya daripada sibuk saling menyalahkan.
Di zaman ini, terlalu banyak orang yang lebih suka berdebat daripada beribadah. Mereka sibuk mencari kesalahan amalan orang lain, padahal mungkin dirinya sendiri belum tentu sudah benar dalam beramal. Aku tidak ingin menjadi bagian dari kelompok yang seperti itu. Islam bukan hanya tentang membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain, tetapi juga tentang menjaga hati agar tetap bersih dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama Muslim.
Aku lebih memilih mengisi waktuku dengan memperbanyak ibadah, mengikuti majelis ilmu, dan meneladani akhlak para ulama. Aku ingin menjadi Muslim yang tidak hanya sibuk mencari kebenaran, tetapi juga mendapatkan keberkahan dalam beragama. Sebab, agama ini bukan hanya soal ilmu, tetapi juga soal hati. Hati yang ikhlas dalam beribadah, hati yang tenang dalam menjalankan agama, dan hati yang lapang dalam menerima perbedaan.
Aku bukan ustadz yang bisa menjelaskan dalil-dalil satu per satu. Aku hanya seorang Muslim yang berusaha menjalankan Islam dengan mengikuti orang-orang yang lebih paham. Jika suatu hari aku ditanya kenapa aku melakukan ini dan itu dalam beragama, jawabanku sederhana: karena aku mengikuti ulama. Aku percaya bahwa ilmu agama bukan sekadar didapat dari buku atau video ceramah, tetapi dari bimbingan orang-orang yang sanad keilmuannya tersambung hingga Rasulullah saw.
Aku juga yakin bahwa ajaran Islam yang diwariskan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah bukanlah ajaran yang menyimpang. Mereka adalah orang-orang yang telah mengabdikan hidupnya untuk menuntut ilmu, mengajarkan kebaikan, dan menjaga tradisi Islam yang diwariskan sejak zaman sahabat hingga sekarang. Jika mereka berpegang pada madzhab tertentu, aku pun mengikutinya. Jika mereka mengajarkan amalan-amalan yang sudah dilakukan oleh ulama terdahulu, aku pun tidak ragu untuk menjalankannya.
Aku tidak merasa dirugikan dengan memilih jalan ini. Justru, aku merasa lebih tenang dalam beribadah karena tahu bahwa yang aku lakukan memiliki dasar dan bimbingan dari orang-orang yang kompeten dalam bidang agama. Aku tidak perlu pusing mencari-cari sendiri mana yang benar dan mana yang salah, sebab para ulama sudah menjelaskan semuanya. Tugasku hanya mengamalkan dan terus belajar agar semakin memahami ajaran Islam dengan baik.
Banyak orang hari ini yang lebih suka mempertanyakan daripada mengamalkan. Mereka sibuk mencari kesalahan amalan orang lain, tetapi lupa bahwa yang paling utama adalah memperbaiki diri sendiri. Aku tidak ingin menjadi bagian dari mereka. Aku ingin menjalani agama ini dengan damai, dengan keyakinan bahwa mengikuti ulama adalah jalan yang selamat.
Aku tidak mengklaim bahwa jalanku yang paling benar, tetapi aku yakin bahwa ini adalah jalan yang telah ditempuh oleh para ulama dari generasi ke generasi. Jika mereka membaca Barzanji, aku pun ikut. Jika mereka bershalawat, aku pun ikut. Jika mereka melakukan amalan-amalan tertentu yang sudah menjadi tradisi dalam Islam, aku pun melakukannya tanpa ragu. Sebab, aku yakin mereka tidak akan mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat.
Aku bukan ustadz. Aku hanya seorang Muslim biasa yang ingin menjalankan Islam dengan mengikuti ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Aku ingin beribadah dengan tenang, tanpa merasa perlu berdebat tentang ini dan itu. Yang aku jalankan bukan karena ikut-ikutan, tetapi karena aku yakin bahwa mengikuti ulama adalah cara terbaik dalam beragama. Islam bukan hanya soal hukum dan dalil, tetapi juga soal keberkahan dalam mengikuti para pewaris Nabi.